Karang Intan, Porosmetro.com —
Dalam rangkaian kunjungannya ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Karang Intan, Direktur Teknologi Informasi dan Kerja Sama (Tekforma) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Maulidi Hilal, bersama tim, meninjau langsung kegiatan pembinaan keterampilan warga binaan di Wahana Asimilasi dan Edukasi (WAE) 2, Rabu (29/10). Kegiatan ini berfokus pada unit produksi kain sasirangan dan konveksi, yang menjadi salah satu bentuk nyata implementasi program pembinaan kemandirian di lingkungan Pemasyarakatan.
Didampingi oleh Kepala Lapas Narkotika Karang Intan, Yugo Indra Wicaksi, serta jajaran pejabat struktural, Maulidi Hilal menyaksikan secara langsung proses pembuatan kain sasirangan warisan budaya khas Kalimantan Selatan yang sarat nilai seni dan filosofi. Proses dimulai dengan mempola desain motif pada kain putih polos, kemudian dijahit atau dijelujur mengikuti pola yang telah dibuat. Setelah itu, kain disisit atau diikat pada bagian-bagian tertentu untuk membentuk corak yang diinginkan, sebelum kemudian melalui proses pewarnaan menggunakan teknik celup. Usai diwarnai, kain dijemur hingga kering, lalu jahitan dan ikatan dibuka untuk menampakkan motif khas sasirangan yang penuh warna dan karakter.
Tak berhenti di situ, di area konveksi, warga binaan juga mengolah hasil kain tersebut menjadi berbagai produk kreatif, mulai dari seragam, tas, sandal, hingga pakaian kasual. Semua dilakukan dengan penuh ketelitian dan kreativitas, menggambarkan semangat produktivitas warga binaan dalam mengasah keterampilan serta menumbuhkan rasa percaya diri untuk kembali berkarya di masyarakat.
Dalam kesempatan tersebut, Maulidi Hilal menyampaikan apresiasi atas hasil karya dan semangat warga binaan dalam mengikuti program pembinaan.
“Kegiatan seperti ini merupakan bukti nyata bahwa Pemasyarakatan bukan hanya tempat pembinaan, tetapi juga pusat produktivitas dan pemberdayaan. Melalui pelatihan keterampilan seperti pembuatan sasirangan ini, warga binaan dapat menyiapkan diri untuk kembali ke masyarakat dengan lebih mandiri dan berdaya,” ujarnya.
Sementara itu, Kalapas Yugo Indra Wicaksi menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan potensi kreatif warga binaan melalui berbagai program pembinaan berbasis kearifan lokal.
“Kain sasirangan adalah identitas Banua, dan kami bangga warga binaan turut melestarikan budaya ini. Melalui WAE 2, kami berupaya agar pembinaan ini tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga memberikan nilai edukatif dan ekonomis bagi warga binaan,” jelasnya.
Kunjungan ini menjadi wujud nyata dukungan Ditjen Pemasyarakatan terhadap transformasi pembinaan yang produktif, adaptif, serta berorientasi pada reintegrasi sosial dan pemberdayaan keterampilan warga binaan di Lapas Narkotika Karang Intan. (rhs)












